Membaca dan Menulis

Membaca dan menulis adalah dua hal yang saling berkaitan. Menulis setelah membaca dan membaca setelah menulis, seolah hubungan timbal balik yang akan terus berputar di atas muka bumi ini. Menulis setelah membaca, ya, kita bisa menulis dengan membaca banyak sumber referensi yang ada, entah itu buku, majalah, link internet. Itu semua akan menambah bahan untuk menulis sebuah buku, essay, maupun cerpen. Selain itu, hal itu berlaku bagi kita saat meringkas bacaan. Meringkas adalah salah satu cara memudahkan kita menangkap intisari yang baru saja kita baca.

Sedangkan , membaca setelah menulis berlaku bagi kita, saat kita mengoreksi suatu naskah ( baik buku, essay, cerpen dsb.) yang baru saja kita tulis, kalau kalau ada kata-kata yang tidak senada dengan apa yang kita harapkan, juga untuk memperbaiki susunan kata yang kita buat, apakah harus dikurangi atau ditambah.

Terlepas dari itu semua di atas, kemampuan membaca dan menulis merupakan dua kemampuan wajib yang akan selalu kita pakai setelah kita lepas dari bangku sekolah( bagi yang masih sekolah tentu saja). Entah itu dalam dunia kerja maupun lingkup masyarakat sekitar kita. Membaca dan menulis akan menjadi suatu sarapan wajib yang akan mendarah daging dalam tiap diri manusia.

Cobalah anda tengok, setiap pagi surat kabar dicetak , dan disebaran hingga sampai kepada tangan anda. Anda akan mengganggap itu suatu kebutuhan yang wajib tersuguh di depan anda, menjadi rutinitas yang akan selalu hadir dalam tiap pagi anda.

Itupun bermakna bagi suatu kegiatan yang disebut menulis, semakin banyak bacaan yang di butuhkan dalam tiap harinya , maka akan banyak pula tulisan yang terjual dari tangan penulisnya.

Selain itu lihatlah toko buku ataupun perpustakaan yang banyak menyajikan beragam buku, dengan topik yang berbeda, menunjukan betapa menggairahkannya kegiatan tulis-menulis dan membaca di sekitar kita . Bahkan hal-hal kecil dapat menjelaskan betapa pentingnya kebutuhan akan membaca dan menulis.

Dengan membaca dan menulis, kita dapat merubah seonggok ide menjadi segepok uang. Bahkan memberi hiburan , ilmu, nasehat dan keceriaan. Cobalah tenggok Andrea Hirata yang telah menulis Tetralogi Laskar Pelangi dan telah dibaca oleh ribuan pembaca, yang telah memberilan nilai moral, pengalaman, dan ilmu bagi pembacanya. Atau Raditya Dika yang telah menulis buku gokilnya( Kambing Jantan, Radikus Makan Kakus dsb) dan memberikan senyuman dan hiburan bagi pembaca. Dan Hilman yang hadir dengan Lupus-nya dan memberi hiburan dari kepenatan belajar.

Ide untuk menulispun ada banyak, mulai dari pengalaman baik pribadi ataupun orang lain, banyak membaca, khayalan, dsb. Ide itu hampir sama dengan ilmu. Jika Om Bob pernah berkata ” Ilmu itu berserakan di belahan bumi ini, tak hanya di sekolah” idepun juga, ide beserakan di belahan bumi ini. Maka janganlah takut untuk membaca ataupun menulis. Mulailah kedua hal tersebut dari yang ringan,ke yang berat. Tak apa membaca komik untuk memulai hobi membaca, dan menulis pantun untuk tumpuan awal kita menulis. Awalilah dari yang ringan.kemudian capailah yang lebih berat, sesuai kemampuan kita.

Budayakan membaca dan menulis dalam keseharian anda, karena itu akan menjadi suatu kewajiban dalam rutinitas harian anda. Namun, janganlah semua orang bekerja menjadi penulis dan pembaca buku saja, lalu siapa yang akan memegang pemerintah. Meskipun baik, namun akan lebih baik bila hal itu sesuai dengan porsinya. Ingat hal kecil dapat bermakna lebih.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Penerapan Hukum Archimedes

Garis Finish Lari Tadi

Menjagamu